Luak Limopuluh Darurat Moral, Gurita Elgibiti serta Pergaulan Bebas Mencengkram Generasi Muda

Sumbarheadline-Sekitaran November 2022 bulan kemaren, tiba tiba para majelis guru di sebuah Sekolah SMA Kawasan Sumatera Barat, yang terletak di Kabupaten Limapuluh Kota, dikagetkan dengan pengakuan dari salah seorang siswanya, jika dirinya telah menjadi korban keganasan seks menyimpang dari salah satu guru pria di sekolah tersebut.

Sang pelajar yang masih duduk di kelas XI melalui tulisan tangan yang bermaterai 10.000, serta ditanda tangani oleh yang bersangkutan itu mengaku jika ia telah menjadi korban seks menyimpang yang dikenal dengan istilah lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) dan populer dengan sebutan Elgibiti dari salah seorang oknum guru yang mengajar di sekolah tempat dirinya menuntut ilmu.

Bacaan Lainnya

Dalam tulisan berupa surat pengaduan yang ditujukan kepada para majelis guru tersebut, ia menceritakan jika dirinya dengan seorang oknum guru telah melakukan hubungan sesama jenis. Hubungan Elgibiti itu telah terjadi sejak pertama dirinya menjadi pelajar di salah satu SMA kawasan Kabupaten Limapuluh Kota tersebut. Hubungan bak layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara itu pertama kali dilakukan saat melakukan kegiatan sekolah berupa MPLS atau studi tour.

Dalam pengakuannya, siswa tersebut telah beberapa kali diajak melakukan hubungan badan secara menyimpang oleh sang oknum guru. Hubungan badan itu terjadi masih menurut pengakuan dari yang bersangkutan dilakukan di rumah serta di sekolah.

Kontan saja, pengakuan dari salah satu siswa pelajar sebuah sekolah SMA yang terletak di Kabupaten Limapuluh Kota itu membuat geger majelis guru. Walaupun kasus itu diselesaikan dengan cara meminta keterangan dari seorang oknum guru dengan hasil si oknum diberhentikan secara tidak hormat sebagai tenaga pengajar honorer dari sekolah tersebut, namun ada upaya menutupi kasus itu diketahui pihak luar oleh sekolah.

Akan tetapi bak kata pepatah sepandainya menyimpan bangkai, bau busuk akan menyebar juga. Kasus dugaan prilaku seks menyimpang dari seorang tenaga pendidik di daerah yang terkenal dengan jargon sebagai Kabupaten Madani itu terkuak juga. Desas desus kasus kasus dugaan telah terjadinya seks menyimpang yang melibatkan tenaga pendidik tersebut merebak keluar dan menjadi perbincangan hot antar tenaga pendidik yang ada di kawasan Limapuluh Kota dan Payakumbuh.

Terpisah, peristiwa kasus dugaan elgibiti yang melibatkan tenaga pendidik di salah satu SMA yang terletak di Limapuluh Kota itu dibenarkan oleh Kepala Bidang Cabang (Kabidcab) Cun. Kepada awak media, Senin (12/12) dirinya membenarkan peristiwa yang telah mencoreng dunia pendidikan di Sumbar tersebut. Menurutnya upaya serta tindakan yang telah diambil oleh pihak sekolah, guru honorer tersebut telah dipecat dari sekolah yang bersangkutan, ujarnya.

Cun juga mengungkapkan kuat dugaan jika si pelaku melakukan orentasi seks menyimpangnya bukan terhadap salah satu siswa yang telah membuat pengakuan melalui tulisan tangannya tersebut. Akan tetapi ada dugaan indikasi si pelaku juga telah merayu remaja lainnya untuk melayani dirinya dalam memuaskan hasrat menyimpangnya. Untuk itu dirinya meminta agar jika ada korban lainnya untuk berani melaporkan jika merasa telah menjadi korban, tutupnya.

Sementara itu, persoalan amoral yang mulai mengurita di kawasan Luak Limapuluh (Payakumbuh dan Limapuluh Kota) bukanlah hal yang baru. Tidak hanya elgibiti atau orentasi seks menyimpang, namun kasus pergaulan bebas berupa seks bebas mulai marak dan mencengkram generasi muda di Luak Limapuluh.

Terkait maraknya gurita elgibiti yang mencengkram kawasan Luak Limapuluh, baik di Limapuluh Kota, maupun di Payakumbuh telah terjadi sejak beberapa tahun yang silam. Bahkan menurut dari sumber Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh, di tahun 2016 ada sekitaran 625 pria di Kota Payakumbuh yang terindikasi terjangkit penyakit elgibiti pecinta sesama jenis. Data di tahun 2016 itu hanya untuk di Payakumbuh saja dan belum termasuk di daerah tetangganya Kabupaten Limapuluh Kota.

Dari hasil investigasi awak media melakukan wawancara khusus dengan salah seorang mantan pelaku elgibiti yang minta namanya untuk dirahasiakan pada 6 Desember 2022 kemaren di Kota Payakumbuh. Sang narasumber itu menjelaskan jika elgibiti bukanlah hal baru di kawasan Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Menurutnya, jika data itu jujur diperkirakan lebih dari 2 ribu orang pria di Luak Limapuluh terjangkit penyakit elgibiti pada Tahun 2022 ini, ungkapnya.

Dijelaskan, dari sekitaran 2 ribu pria pecinta hubungan sesama jenis, mayoritas berusia berusia 17 tahun hingga 25 tahun, tuturnya. Dalam melakukan kegiatan terkait aktifitas elgibiti para kaum sodom tersebut memiliki banyak grub yang tersebar di sosial media, tutur narasumber. Setiap minggu pasangan elgibiti itu banyak melakukan kopi darat dan berkumpul serta nongkrong di slah satu kafe kawasan Kota Payakumbuh.

Akan tetapi secara kasat mata, bagi orang diluar komunitas mereka amatlah susah mendeteksi keberadaan mereka yang membaur dengan para pengunjung lainnya. Secara fisik mereka seperti pria kebanyakan dan tidak melakukan tindakan aneh terkait elgibiti di depan umum, beber nara sumber lagi.

Adapun modus mereka untuk menarik calon pengikut baru di komunitas adalah dengan berkenalan di sosial media dengan para calon yang rata rata masih berusia belasan tahun. Setelah merasa akrab dan meyakini jika si korban telah berada dalam pengaruh, maka selanjutnya akan diajak bertemu. Biasanya pertemuan terjadi di kafe sambil kongkow bareng, papar nara sumber.

Jika meyakini korban telah seratus persen berada dalam posisi nyaman di lingkungan komunitas, selanjutnya korban diajak untuk pergi jalan jalan bareng ke luar kota dengan memakan waktu sahari hingga beberapa hari. Target si pelaku, dirinya mengupayakan agar korban bisa menginap bareng dan satu ranjang dengan dirinya. Bila itu terjadi maka bisa dipastikan si calon akan menjadi korban digarab oleh si pelku dalam memuaskan hasrat seks menyimpangnya.

Selanjutnya bila si korban merasa kecanduan, maka mereka akan sering pergi bareng dan menginap bareng baik di tempat tempat kos ataupun penginapan. Adapun tujuan penginapan yang paling favorit bagi pecinta Elgibiti adalah kawasan Luak Limapuluh, karna menganggap di dua daerah tersebut sorga bagi komunitas mereka dikarenakan tak ada masyarakat yang curiga dengan aktifitas menyimpang mereka, tutup narasumber menjelaskan.

Terkait pengakuan serta info yang dibeberkan oleh nara sumber mantan seorang elgibiti tersebut, bukanlah isapan jempol semata. Salah satu kasus yang pernah ditangani oleh Satpol PP Kota Payakumbuh beberapa tahun silam adalah dengan tertangkap basahnya dua orang remaja oleh warga setempat sedang melakukan perbuatan seks menyimpang di sebuah lapangan bola kawasan Payakumbuh Selatan.

Mirisnya selain prilaku seks meyimpang yang menggurita di Luak Limapuluh, prilaku seks bebas serta perbuatan amoral lainnya juga marak terjadi di Payakumbuh serta Limapuluh Kota. Sumber data dari kepolisian di dua daerah tersebut cukup banyak mengungkap pelaku pemerkosaan, pembuangan bayi akibat hamil diluar nikah, pecandu narkoba, yang kebanyakan pelaku maupun korban masih berusia dibawah umur.

Masih dari hasil investigasi awak media di beberapa kafe yang menyediakan layanan wanita pemandu lagu serta miras yang dikenal dengan panggilan leadis kawasan Kota Payakumbuh, pasokan tenaga wanita malamnya terindikasi beberapa orang masih berusia belasan tahun.

Begitu juga kafe remang remang di beberapa titik lokasi sepanjang kawasan jalan Sumbar Riau, Kabupaten Limapuluh Kota yang menyidiakan wanita layanan hohohihi alias seks komersial beberapa orang terindikasi masih berusia belasan tahun.

Terkait maraknya kejadian mesum yang digerebek ataupun dipergoki di lokasi lokasi wisata di duo daerah kawasan Luak Limapuluh, sudah tidak terhitung lagi, baik terkait mobil bergoyang, ataupun berada berdua duaan, pada lokasi wisata yang cukup sepi bila malam menjelang.

Kasus yang paling memiriskan baru baru ini adalah terbongkarnya perbuatan biadab seorang pengurus Mushola di kawasan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh dengan seorang anak bawah umur, beberapa waktu kemaren.

Dari informasi  yang diungkap tersebut diatas, disinyalir jika duo daerah yang ada di Luak Limapuluh sedang tidak baik baik saja dalam segi moral. Disinyalir jika kondisi Payakumbuh serta Limapuluh Kota, dalam kondisi darurat moral. Ironisnya, para pelaku darurat moral tersebut justru berasal dari generasi muda calon penerus bangsa.

Akan tetapi yang paling ironisnya, kondisi indikasi darurat moral itu oleh para elit di duo daerah baik di eksekutif dan legeslatif tidak menjadi persoalan yang serius bagi mereka. Hal itu diungkapkan oleh salah satu pengamat sosial masyarakat Arnovi Sutan Mudo kepada awak media, Senin 12 Desember 2022.

Menurutnya banyaknya dugaan generasi muda di Luak Limapuluh yang terpapar gurita pergaulan bebas, seks bebas, narkoba, hingga elgibiti, tidak menjadi ancaman serta hal yang serius bagi pemerintahan di duo daerah tersebut, ucapnya. Kurang terdengar, duo pemerintahan secara nyata melakukan antisipasi melawan penyakit masyarakat yang melanda generasi muda, sambung Arnovi.

Diakui, memang duo pemerintahan telah membuat Perda di masing masing daerah, akan tetapi dalam penindakan maupun antisipasi kurang efektif, ungkapnya lagi. Terkait persoalan elgibiti yang tiap tahun disinyalir dan diduga komunitasnya meningkat di Luak Limapuluh, akibat kurang pekanya pemerintah duo daerah dalam menyikapi perkembangan sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Disamping menguncurkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur dengan nilai yang cukup fantastis, duo pemerintah juga mestinya menggelontorkan anggaran yang cukup untuk memerangi serta mengantispasi penyakit masyarakat yang sasaran tujuannya kebanyakan mayoritas generasi muda, tutur Arnovi.

Harusnya dengan memiliki anggaran yang cukup duo pemerintah berani membuat Perda dan pasal khusus terkait penyakit elgibiti, tutupnya mengatakan. (aa)

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *