Sumbarheadline-Ribuan massa demonstran asal Nagari Air Bangis, Sei Baremas, Kabupaten Pasaman Barat, pada Sabtu (5/8/23) sre berhasil dipulangkan kembali ke kampung halaman mereka, setelah sempat bertahan di Kota Padang selama 6 hari terkait aksi unjuk rasa yang mereka lakukan di Gubernuran Sumbar.
Evakuasi pemulangan ribuan warga tersebut sempat diwarnai dengan terjadinya insiden serta kericuhan dengan pihak aparat dari Kepolisian.
Dari pantauan awak media di lokasi pemulangan, kawasan Mesjid Raya Sumbar, sempat terjadi aksi saling dorong antara massa dengan aparat. Di sebagian lainnya terdengar jeritan histeris massa ketika polisi memaksa mereka agar segera menaiki sejumlah bus yang telah dipersiapkan untuk pemulangan.
Informasi yang beredar di lapangan, belasan massa yang terdiri dari aktifis, mahasiswa, serta warga dilaporkan telah diamankan polisi dan dibawa ke Mapolda Sumbar. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang Indira Suryani kepada para awak media.
” Ada 14 orang dari massa demontrasi yang diamankan oleh aparat dari Polda Sumbar”, ungkapnya, Sabtu 5 Agustus 2023.
Sambungnya lagi, dari 14 orang tersebut ada aktifis dari LBH Padang sebanyak 5 orang, PBHI 1 orang, mahasiswa 3 orang serta masyarakat 4 orang, ujarnya.
Pada waktu peristiwa pemulangan, warga sempat menolak sehingga terjadi pemaksaan serta intimidasi. Selain itu siapa saja yang merekam kejadian diamankan, beber Indira Suryani lagi.
Terpisah Karo Ops Polda Sumbar Kombes Pol Djaluli, kepada para awak media membenarkan ada sejumlah warga yang diamankan polisi. Akan tetapi tuturnya lagi pengamanan tersebut terjadi karena memiliki alasan yang jelas, ungkapnya. Dijelaskan saat polisi meminta warga untuk naik ke atas bus kembali pulang ke kampung halaman mereka, ada sejumlah orang dari massa yang mencoba melakukan provokasi agar massa demonstran bertahan di lokasi sehingga suasana sempat tidak terkendali, kata Djauli.
Sementara itu, pada Sabtu 5 Agustus 2023 sore hari, beredar dan viral sebuah video yang merekam aksi pemulangan ribuan demontrasi yang bertahan di area Mesjid Raya Sumbar. Dalam video tersebut terlihat sejumlah personil polisi memasuki areal mesjid dengan memakai sepatu.
Tidak butuh waktu lama, video yang beredar di sosmed tersebut menjadi viral. Sejumlah anggota polisi dengan bersenjata lengkap dan memakai sepatu memasuki areal Masjid Raya Sumbar, mendapatkan gelombang protes dari para netizen. Warganet amat menyayangkan jika aparat kepolisian saat memasuki areal mesjid terkait meminta warga demo untuk meninggalkan lokasi tanpa membuka alas kaki, tulis para netizen.
Tidak hanya para warganet yang melakukan protes ke lembaga kepolisian. Akan tetapi protes juga datang dari seorang pakar hukum tata negara, Feri Amsari. Bahkan atas kejadian itu ia mengaku langsung menuliskan surat terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo, Menko Polhukam, Mahfud MD, Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Komnas HAM RI, terkait sejumlah polisi yang memasuki areal Mesjid terkait aksi pemulangan warga secara paksa tanpa membuka sepatu dinilai bernuansa pelecehan terhadap nilai nilai agama, tandasnya.
Banyaknya gelombang protes dari warganet terkait viralnya video sejumlah aparat kepolisian memasuki areal Mesjid Raya Sumbar tanpa membuka sepatu itu, langsung ditanggapi oleh Kapolda Sumbar, Irjen Pol Suharyono. Menurutnya terkait pemulangan kembali warga Air Bangis ke kampung halaman mereka sudah secara persuasif, tuturnya.
Menurutnya warga yang melakukan demo berjilid jilid sampai 6 hari tersebut tidak didahului dengan surat pemberitahuan seperti yang termaktub dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1998 prosedur menyampaikan pendapat di muka umum. Jika kami mengikuti aturan serta perundangan yang berlaku, para domontrans tersebut berpotensi telah melanggar Undang Undang. Akan tetapi kami tetap mengedepankan cara cara persuasif, ujar Suharyono.
Terkait soal video yang beredar serta viral di sosial media terkait adanya sejumlah polisi memasuki areal Mesjid Raya Sumbar dengan menggunakan sepatu menurut Suharyono, membantah itu bukanlah ruangan untuk melaksanakan Ibadah Sholat, jelasnya. Akan tetapi ruangan tersebut berada di lantai satu tempat para demonstran menginap.
” Jelas video tersebut mendiskriditkan aparat,” ungkapnya.
Kapolda Sumbar itu menjelaskan aparat mereka yang bertugas mayoritas adalah umat Islam, jadi tidak mungkin jajarannya melakukan pelecehan terhadap agama. Adapun lokasi yang dimasuki oleh sejumlah aparatnya bukanlah tempat sholat, melainkan sebuah aula pertemuan. Mereka yang memasuki aula tersebut, baik pendemo maupun pengurus juga menggunakan alas kaki, jelasnya. (dei)